Loading...

Nasehatku Untuk Kalian Saudar / Saudariku

Nasehatku Untuk Kalian Saudar / Saudariku - Hallo sahabat Kabar Islam 24 Jam, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Nasehatku Untuk Kalian Saudar / Saudariku, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Loading...
Judul : Nasehatku Untuk Kalian Saudar / Saudariku
link : Nasehatku Untuk Kalian Saudar / Saudariku

Banyak Dicari


Nasehatku Untuk Kalian Saudar / Saudariku

Loading...
KISAH SYAIKHUL ISLAM IBNU TIMIYAH DAN PENCACI NABI

Untuk 4 November

1. Kita sepakat bahwa si kafir itu telah menistakan kitab suci Al Quran dan para ulama, sebagaimana fatwa MUI.

2. Kita juga sepakat bahwa kewajiban pemerintah negeri ini untuk segera memproses sesuai hukum yang ada secara adil dan tegas.

3. Kita sepakat dan cemburu membela agama Kita ketika dinista.

4. Kita berdoa kepada Allah agar Allah memenangkan kebenaran, menumbangkan kebathilan, menghukum penista agama.

Kita berdoa kepada Allah agar memberikan ketegasan kepada para pemimpin untuk menghukum para penista dengan seadil-adilnya.

Kita berdoa kepada Allah agar menjaga darah dan nyawa saudara-saudara kami yang sedang menuntut hak mereka walaupun kami berbeda pandangan tentang metode yang mereka gunakan. [1]


KISAH SYAIKHUL ISLAM IBNU TIMIYAH DAN PENCACI NABI

Sebuah pelajaran....

Tepatnya di tahun 693 H, waktu itu Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berusia 32 tahun, terjadi kisah Assaf seorang Nashrani.

Al-Imam Ibnu Katsir bercerita :

"Assaf ini seorang penduduk Suwaida. Banyak orang yang menyaksikan ia mencaci Nabi shallalllahu alaihi wasallam.

Lalu si Assaf minta perlindungan kepada ibnu Ahmad bin Haji.

Maka Ibnu Taimiyah bertemu dengan Zainudin Al-Fariqi dan keduanya masuk kepada amir (pemimpin) Izzuddin Aibak Al-Hamawi.

Keduanya berbicara kepadanya mengenai si Nashrani yang mencaci Nabi. Izzuddin pun menyambut baik keduanya dan akan menghadirkan orang Nashrani ini.

Keduanya pun keluar bersama jumlah banyak dari manusia. Lalu orang orang melihat Assaf datang bersama arab badui. Orang orangpun mencaci makinya. Maka orang arab badui ini berkata: "Si Assaf ini lebih baik dari kalian!"

Maka orang orangpun melemparinya dengan batu dan mengenai si Assaf dan terjadi keributan yang kuat.

Al-Barzali bercerita: Mendengar itu marahlah Naib sultonah (amiir Izzuddin) dan meminta Ibnu Taimiyah dan Al-Fariqi untuk hadir lalu keduanya dipukuli dan dipenjara di Madrosah Adzrowiyah.

Kemudian menyuruh memukul sekelompok orang dan dipenjara enam orang. Kemudian wali negeri itu mengumpulkan manusia dan memukuli beberapa jamaah.

Naib sultonah (Izzuddin) juga berusaha berusaha mengukuhkan permusuhan antara si Nashrani dan orang orang yang menyaksikan pada waktu itu agar ia bisa menyelamatkannya.

Ibnu Katsir bercerita:
"Kemudian dipanggillah Ibnu Taimiyah dan Al-Fariqi dan dimintai keridloannya lalu keduanya dilepaskan."

[Lihat Al-Bidayah wan Nihayah, 17/665-666 karya Ibnu Katsir, dan kitab Al-Muqtafa 'ala ar-Roudlotain, 2/363 karya Al-Barzali]

Kisah ini memberikan beberapa pelajaran :

1. Mengingkari penista agama dengan cara melaporkannya kepada penguasa. Bukan dengan main hakim sendiri.

2. Para ulama hendaknya yang langsung berbicara kepada penguasa, karena merekalah yang mampu menyampaikan dengan hujjah dan akhlak. Sebagaimana dilakukan oleh Ibnu Taimiyah dan Al-Fariqi yang langsung berbicara dengan naaib sultonah Izzudin al-Hamawi. Ini sesuai dengan perintah Nabi untuk menyampaikan nasehat secara rahasia.

3. Dalam kisah tersebut, tidak disebutkan bahwa Ibnu Taimiyah dan Al-Fariqilah yang mengerahkan masa. Namun keduanya pergi diikuti banyak orang yang juga sama sama ingin mengadukan si pencela Nabi kepada penguasa.

4. Sikap arogan dan kekerasan bukanlah solusi memecahkan permasalahan. Bahkan seringkali menimbulkan mudlarat yang lebih besar, bahkan malah Ibnu Taimiyah dan al-Fariqi yang dipukuli bersama jamaah lainnya.

5. Para ulama hendaknya tidak memanas manasi manusia dengan provokasi. Lihatlah bagaimana sikap Ibnu Taimiyah dan Al-Fariqi dipukuli, mereka sama sekali tidak memprovokasi masa dan memilih bersabar. Coba renungkan, bagaimana bila para pendemo yang berdalil dengan kisah Ibnu Taimiyah ini ditangkapi oleh pemerintah dan dipukuli, akankah mereka bersikap seperti Ibnu Taimiyah dan al-Fariqi?

6. Keluarnya orang orang awam untuk berdemo seringkali menimbulkan keributan dan mudah terpancing emosi. Lihatlah ketika orang orang itu dipanas panasi oleh arab badui bahwa si Assaf lebih baik dari kalian. Mereka langsung melempari dengan batu sehingga terjadi keributan. Ini menunjukkan perbuatan mereka malah menimbulkan kemungkaran yang lebih besar.

7. Kisah para ulama bukanlah dalil, karena dalil adalah al-Quran, hadits dan ijma. Ulama adalah manusia biasa yang bisa jatuh kepada kesalahan. [2]

Ya Allah, hindarkanlah kami dari ombak fitnah yg menghantam. Aamiin

[Cerkiis.blogspot.com, berbagai sumber. Penyusun arifia]

Footnote :
[1] Sumber:  CHANNEL LENTERA DAKWAH Ustadz Abu Ubaidah Yusuf Bin Mukhtar As-Sidawi
[2] Sumber: Oleh Ustadz Badrus Salam, Lc


Demikianlah Artikel Nasehatku Untuk Kalian Saudar / Saudariku

Sekianlah artikel Nasehatku Untuk Kalian Saudar / Saudariku kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.

Anda sekarang membaca artikel Nasehatku Untuk Kalian Saudar / Saudariku dengan alamat link https://kabarislam24jam.blogspot.com/2016/11/nasehatku-untuk-kalian-saudar-saudariku.html
Loading...

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Nasehatku Untuk Kalian Saudar / Saudariku"

Posting Komentar