Loading...
link : Selamat Tinggal Iran, I Love Indonesia (7)
Selamat Tinggal Iran, I Love Indonesia (7)
Indonesian Free Press -- Pada tahun 1963 Grand Ayatollah Mohammad Kazem Shariatmadari menyelamatkan Khomeini dari hukuman mati dengan cara mengakui Khomeini sebagai Ayatollah. Karena konstitusi Iran memang melarang seorang Marja untuk dihukum mati. Namun pada tahun 1986, Shariatmadari harus mengalami nasib naas, yaitu meninggal dalam tahanan rumah yang dijatuhkan Khomeini.
Mohammad Kazem Shariatmadari (5 January 1905 – 3 April 1986) adalah adalah seorang ulama besar Shiah Iran yang pengikutnya tersebar di sejumlah negara: Irak, Iran, Pakistan, India, Lebanon, Kuwait dan negara-negara Teluk Parsia. Berbeda dengan Khomeini yang memandang kekuasaan politik sebagai tujuan untuk mewujudkan cita-cita ideal negara Shiah Iran, Shariatmadari memilih cara-cara dakwah tradisional dengan menjauhi politik kekuasaan. Karena perbedaan pandangan itulah, Shariatmadari tercatat dalam sejarah sebagai salah seorang penentang Khomeini yang paling kuat.
Setelah meninggalnya Ayatollah Borujerdi (Marja' Mutlaq) pada tahun 1961 dan terlebih setelah Khomeini diasingkan ke Irak pada tahun 1963, Shariatmadari menjadi ulama paling berpengaruh di Iran. Dengan kapasitasnya, ia diangkat sebagai pimpinan sekolah agama di Qom hingga kembalinya Khomeini dari pengasingan tahun 1979.
Pada awal revolusi Iran, Shariatmadari mendukung Khomeini untuk kembali ke Iran dari pengasingannya di Perancis. Ia bahkan memberikan selamat melalui sepucuk surat setelah Khomeini kembali ke Iran. Namun tidak lama setelah keberhasilan revolusi menumbangkan Raja Shah Pahlevi, Shariatmadari terlibat perselisihan dengan Khomeini.
Jika awalnya pertentangan keduanya hanyalah perbedaan pandangan tentang bagaimana peran agama dalam negara, dalam perkembangannya pertentangan ini menjadi sangat keras dan berdarah-darah.
Pada 26 November 1979 Shariatmadari mengecam aksi pendudukan dan penyanderaan staf Kedubes Amerika di Teheran yang direstui oleh Khomeini.
Mohammad Kazem Shariatmadari (5 January 1905 – 3 April 1986) adalah adalah seorang ulama besar Shiah Iran yang pengikutnya tersebar di sejumlah negara: Irak, Iran, Pakistan, India, Lebanon, Kuwait dan negara-negara Teluk Parsia. Berbeda dengan Khomeini yang memandang kekuasaan politik sebagai tujuan untuk mewujudkan cita-cita ideal negara Shiah Iran, Shariatmadari memilih cara-cara dakwah tradisional dengan menjauhi politik kekuasaan. Karena perbedaan pandangan itulah, Shariatmadari tercatat dalam sejarah sebagai salah seorang penentang Khomeini yang paling kuat.
Setelah meninggalnya Ayatollah Borujerdi (Marja' Mutlaq) pada tahun 1961 dan terlebih setelah Khomeini diasingkan ke Irak pada tahun 1963, Shariatmadari menjadi ulama paling berpengaruh di Iran. Dengan kapasitasnya, ia diangkat sebagai pimpinan sekolah agama di Qom hingga kembalinya Khomeini dari pengasingan tahun 1979.
Pada awal revolusi Iran, Shariatmadari mendukung Khomeini untuk kembali ke Iran dari pengasingannya di Perancis. Ia bahkan memberikan selamat melalui sepucuk surat setelah Khomeini kembali ke Iran. Namun tidak lama setelah keberhasilan revolusi menumbangkan Raja Shah Pahlevi, Shariatmadari terlibat perselisihan dengan Khomeini.
Jika awalnya pertentangan keduanya hanyalah perbedaan pandangan tentang bagaimana peran agama dalam negara, dalam perkembangannya pertentangan ini menjadi sangat keras dan berdarah-darah.
Pada 26 November 1979 Shariatmadari mengecam aksi pendudukan dan penyanderaan staf Kedubes Amerika di Teheran yang direstui oleh Khomeini.
Loading...
Shariatmadari juga mengecam pemerintahan Khomeini yang disebutnya bertentangan dengan kehendak rakyat Iran. Dengan keras ia juga mengecam penyelenggaraan referendum yang digelar Khomeini untuk mengukuhkan kekuasaannya, yang disebut Shariatmadari penuh kecurangan.
Akibatnya, Khomeini menjatuhkan hukuman tahanan rumah bagi Shariatmadari dan seluruh keluarganya. Perlakuan terhadap Shariatmadari itu memicu aksi demonstrasi menentang Khomeini di Tabriz yang berpuncak pada bulan Januari 1980. Untuk menghentikan aksi demonstrasi, Khomini memerintahkan militer untuk menumpasnya dengan mengerahkan tank-tank. Untuk menghindari korban tidak berdosa, Shariatmadari memerintahkan para pengikutnya untuk menghentikan aksi.
Namun permusuhan tersebut belum berakhir. Pada bulan April 1982, Sadegh Ghotbzadeh, bekas sekutu Khomeini dari kelompok nasionalis sekuler yang pernah bersama-sama menumbangkan Shah Iran dalam Revolusi 1979, ditangkap atas tuduhan merencanakan kudeta terhadap Khomeini. Di bawah penyiksaan, Ghotbzadeh dipaksa mengaku memiliki hubungan dengan Shariatmadari dan mengaku rencana kudetanya telah mendapat dukungan Shariatmadari. Tuduhan itu ditolak oleh para pendukung Shariatmadari berdasar sifatnya yang pasifis dan anti-kekerasan.
Kampanye mendiskreditkan Shariatmadari pun dilancarkan dan untuk menambah kuat tekanan, menantu Shariatmadari ditangkap dan dijatuhi hukuman penjara dengan tuduhan menjadi penghubungan plot antara Shariatmadari dan Ghotbzadeh. Shariatmadari dan anggota keluarganya, termasuk anak perempuannya mengalami aksi-aksi penyiksaan. Semuanya itu memaksa Shariatmadari membuat pengakuan di televisi dan memohon pengampunan dari Khomeini, orang yang telah diselamatkannya pada tahun 1963.
Hanya karena posisinya sebagai mujtahid, Khomeini tidak bisa menjatuhkan hukuman mati kepadanya. Namun, pemerintahan Khomeini menutup sekolah dan media massa miliknya dan menempatkannya dalam tahanan rumah hingga akhir hayatnya pada tahun 1986.
Tidak ada penghormatan yang layak dalam pemakaman Shariatmadari karena Khomeini melarang tokoh-tokoh politik dan ulama untuk menghadiri pemakamannya di Qom. Hal ini mengundang kritikan tajam Grand Ayatollah Hossein-Ali Montazeri, kepada Khomeini, sekaligus menempatkan Montazeri sebagai salah satu lawan Khomeini paska revolusi.(ca)
Bersambung.
Akibatnya, Khomeini menjatuhkan hukuman tahanan rumah bagi Shariatmadari dan seluruh keluarganya. Perlakuan terhadap Shariatmadari itu memicu aksi demonstrasi menentang Khomeini di Tabriz yang berpuncak pada bulan Januari 1980. Untuk menghentikan aksi demonstrasi, Khomini memerintahkan militer untuk menumpasnya dengan mengerahkan tank-tank. Untuk menghindari korban tidak berdosa, Shariatmadari memerintahkan para pengikutnya untuk menghentikan aksi.
Namun permusuhan tersebut belum berakhir. Pada bulan April 1982, Sadegh Ghotbzadeh, bekas sekutu Khomeini dari kelompok nasionalis sekuler yang pernah bersama-sama menumbangkan Shah Iran dalam Revolusi 1979, ditangkap atas tuduhan merencanakan kudeta terhadap Khomeini. Di bawah penyiksaan, Ghotbzadeh dipaksa mengaku memiliki hubungan dengan Shariatmadari dan mengaku rencana kudetanya telah mendapat dukungan Shariatmadari. Tuduhan itu ditolak oleh para pendukung Shariatmadari berdasar sifatnya yang pasifis dan anti-kekerasan.
Kampanye mendiskreditkan Shariatmadari pun dilancarkan dan untuk menambah kuat tekanan, menantu Shariatmadari ditangkap dan dijatuhi hukuman penjara dengan tuduhan menjadi penghubungan plot antara Shariatmadari dan Ghotbzadeh. Shariatmadari dan anggota keluarganya, termasuk anak perempuannya mengalami aksi-aksi penyiksaan. Semuanya itu memaksa Shariatmadari membuat pengakuan di televisi dan memohon pengampunan dari Khomeini, orang yang telah diselamatkannya pada tahun 1963.
Hanya karena posisinya sebagai mujtahid, Khomeini tidak bisa menjatuhkan hukuman mati kepadanya. Namun, pemerintahan Khomeini menutup sekolah dan media massa miliknya dan menempatkannya dalam tahanan rumah hingga akhir hayatnya pada tahun 1986.
Tidak ada penghormatan yang layak dalam pemakaman Shariatmadari karena Khomeini melarang tokoh-tokoh politik dan ulama untuk menghadiri pemakamannya di Qom. Hal ini mengundang kritikan tajam Grand Ayatollah Hossein-Ali Montazeri, kepada Khomeini, sekaligus menempatkan Montazeri sebagai salah satu lawan Khomeini paska revolusi.(ca)
Bersambung.
Demikianlah Artikel Selamat Tinggal Iran, I Love Indonesia (7)
Sekianlah artikel Selamat Tinggal Iran, I Love Indonesia (7) kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.
Anda sekarang membaca artikel Selamat Tinggal Iran, I Love Indonesia (7) dengan alamat link https://kabarislam24jam.blogspot.com/2017/03/selamat-tinggal-iran-i-love-indonesia-7.html
Loading...
0 Response to "Selamat Tinggal Iran, I Love Indonesia (7)"
Posting Komentar