Loading...

Tolak Gereja yang Didirikan di Tengah 2 Pesantren Besar, Warga Jadi Korban Kekerasan Fisikber

Tolak Gereja yang Didirikan di Tengah 2 Pesantren Besar, Warga Jadi Korban Kekerasan Fisikber - Hallo sahabat Kabar Islam 24 Jam, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Tolak Gereja yang Didirikan di Tengah 2 Pesantren Besar, Warga Jadi Korban Kekerasan Fisikber, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Loading...
Judul : Tolak Gereja yang Didirikan di Tengah 2 Pesantren Besar, Warga Jadi Korban Kekerasan Fisikber
link : Tolak Gereja yang Didirikan di Tengah 2 Pesantren Besar, Warga Jadi Korban Kekerasan Fisikber

Banyak Dicari


Tolak Gereja yang Didirikan di Tengah 2 Pesantren Besar, Warga Jadi Korban Kekerasan Fisikber

Loading...

Ribuan umat Islam Bekasi yang menamakan diri Majelis Silaturrahim Umat Islam Bekasi menolak pendirian gereja Santa Clara yang berlokasi di jalan Kaliabang Harapan Baru Bekasi Utara, Jumat, 24 Maret 2017.

Aksi penolakan tersebut berakhir dengan bentrokan fisik setelah para peserta aksi unjuk rasa ditembaki gas air mata dan dilempari balok berpaku.

"Kami ditembaki gas air mata dan balok berpaku," ujar salah satu Koordinator Aksi Ahmad Syahidin, Lc kepada sejumlah awak media.

Aksi penolakan dilakukan karena lokasi pembangunan Gereja St. Clara berada di kawasan berpenduduk mayoritas muslim dan berada di antara dua pesantren besar.

Ustaz Aang Kunaifi, tokoh Islam Bekasi Utara selaku perwakilan dari pengasuh Pondok Pesantren At-Taqwa yang didirikan oleh Almarhum KH Noer Ali, pernah menjelaskan, bahwa pembangunan Gereja Santa Clara yang berada di tengah perkampungan Muslim dan pondok pesantren sangat meresahkan warga.

"Gereja Santa Clara itu terletak di antara pesantren At-Taqwa dan pesantren An-Nur, itu pesantren besar di Bekasi Utara, di tengah-tengah bercokol gereja besar, itu yang membuat masyarakat gerah dan menolak, agar Santa Clara ini tidak diizinkan berdiri," ujarnya.

Aksi yang dilaksanakan selepas Salat Jumat ini sudah diantisipasi oleh sejumlah petugas kepolisan yang telah berjaga sejak pukul 11.00 wib.

Aksi penolakan ini merupakan gelombang protes yang kesekian kalinya. Sebelumnya, pada tahun 2015, aksi unjuk rasa ini sudah pernah dilakukan. Surat penghentian pembangunan sementara pun sudah dikeluarkan. Namun pada tahun 2017, pembangunan kembali dilanjutkan.
Peserta aksi membubarkan diri setelah Kapolres Bekasi berjanji untuk mendinginkan suasana dengan menghentikan sementara pembangunan gereja ini.

Menurut seorang warga Paroki St. Clara, Juniwaty, gereja ini dibangun di atas tanah seluas 6.000 meter persegi dengan luas bangunan seluas 1.500 meter persegi.

"Gereja ini memang agak besar karena harus menampung 12.500 umat, karena di Bekasi Utara belum ada Gereja Katolik," tulisnya melalui pesan singkat. 




Tolak Gereja yang Didirikan di Tengah 2 Pesantren Besar, Warga Jadi Korban Kekerasan Fisik


From: Facebook


 Ribuan umat Islam Bekasi yang menamakan diri Majelis Silaturrahim Umat Islam Bekasi menolak pendirian gereja Santa Clara yang berlokasi di jalan Kaliabang Harapan Baru Bekasi Utara, Jumat, 24 Maret 2017.

Aksi penolakan tersebut berakhir dengan bentrokan fisik setelah para peserta aksi unjuk rasa ditembaki gas air mata dan dilempari balok berpaku.

"Kami ditembaki gas air mata dan balok berpaku," ujar salah satu Koordinator Aksi Ahmad Syahidin, Lc kepada sejumlah awak media.

Aksi penolakan dilakukan karena lokasi pembangunan Gereja St. Clara berada di kawasan berpenduduk mayoritas muslim dan berada di antara dua pesantren besar.

Ustaz Aang Kunaifi, tokoh Islam Bekasi Utara selaku perwakilan dari pengasuh Pondok Pesantren At-Taqwa yang didirikan oleh Almarhum KH Noer Ali, pernah menjelaskan, bahwa pembangunan Gereja Santa Clara yang berada di tengah perkampungan Muslim dan pondok pesantren sangat meresahkan warga.

"Gereja Santa Clara itu terletak di antara pesantren At-Taqwa dan pesantren An-Nur, itu pesantren besar di Bekasi Utara, di tengah-tengah bercokol gereja besar, itu yang membuat masyarakat gerah dan menolak, agar Santa Clara ini tidak diizinkan berdiri," ujarnya.

Aksi yang dilaksanakan selepas Salat Jumat ini sudah diantisipasi oleh sejumlah petugas kepolisan yang telah berjaga sejak pukul 11.00 wib.

Aksi penolakan ini merupakan gelombang protes yang kesekian kalinya. Sebelumnya, pada tahun 2015, aksi unjuk rasa ini sudah pernah dilakukan. Surat penghentian pembangunan sementara pun sudah dikeluarkan. Namun pada tahun 2017, pembangunan kembali dilanjutkan.

Peserta aksi membubarkan diri setelah Kapolres Bekasi berjanji untuk mendinginkan suasana dengan menghentikan sementara pembangunan gereja ini.

Menurut seorang warga Paroki St. Clara, Juniwaty, gereja ini dibangun di atas tanah seluas 6.000 meter persegi dengan luas bangunan seluas 1.500 meter persegi.

"Gereja ini memang agak besar karena harus menampung 12.500 umat, karena di Bekasi Utara belum ada Gereja Katolik," tulisnya melalui pesan singkat.



Sumber | republished by (YM) Yes Muslim !


Demikianlah Artikel Tolak Gereja yang Didirikan di Tengah 2 Pesantren Besar, Warga Jadi Korban Kekerasan Fisikber

Sekianlah artikel Tolak Gereja yang Didirikan di Tengah 2 Pesantren Besar, Warga Jadi Korban Kekerasan Fisikber kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.

Anda sekarang membaca artikel Tolak Gereja yang Didirikan di Tengah 2 Pesantren Besar, Warga Jadi Korban Kekerasan Fisikber dengan alamat link https://kabarislam24jam.blogspot.com/2017/03/tolak-gereja-yang-didirikan-di-tengah-2.html
Loading...

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Tolak Gereja yang Didirikan di Tengah 2 Pesantren Besar, Warga Jadi Korban Kekerasan Fisikber"

Posting Komentar