Loading...
link : Sudah Ada Jenderal Gatot Nurmantyo, Siapa Lagi yang Kita Cari?
Sudah Ada Jenderal Gatot Nurmantyo, Siapa Lagi yang Kita Cari?
by Asyari Usman*
Yes Muslim - Mudah-mudahan tidak keliru. Jenderal Gatot Nurmantyo memberikan isyarat yang semakin jelas tentang apa yang ingin dia lakukan untuk Indonesia. Terakhir, Gatot mendobrak ke"tabu"an yang selama ini tersemat pada TNI bahwa tentara "memiliki keistimewaan" dalam hal pertanggungjawaban penggunaan anggaran.
Selama ini, masyarakat meyakini bahwa lembaga apa pun di Indonesia ini, termasuk KPK, tidak akan bisa menjangkau militer jika ada dugaan korupsi. Ternyata, memang seperti itulah yang terjadi. Selama puluhan tahun, nyaris tidak terdengar kasus korupsi di lingkungan TNI. Padahal, di semua kementerian dan lembaga tinggi negara, ada korupsi. Menjadi tak masuk akal TNI bersih.
Kenyataannya, ada kasus korupsi Bakamla. Menyusul sekarang ini kasus korupsi pengadaan helikopter TNI AU. Ada tiga anggota TNI-AU diumumkan sebagai tersangka korupsi helikopter AW-101. Negara dirugikan 220 miliar rupiah. Di kantor KPK, Jumat (26/5) Panglima TNI mengumumkan seorang tersangka berbintang satu, seorang lektol, dan seorang pelda.
Tidak salah kalau apresisasi dialamatkan kepada Jenderal Gatot. Sebab, belum ada selama ini Panglima TNI yang merelakan institusi militer itu diselidiki penggunaan anggarannya. Ini tidak hanya sinyal yang tegas kepada semua anggota TNI, tetapi juga merupakan isyarat yang lebih luas tentang komitmen pribadi Jenderal Gatot untuk Indonesia.
Indonesia yang lebih baik. Indonesia yang berkeadilan. Indonesia yang sepenuhnya tunduk pada hukum. Indonesia yang bebas dari pengistimewaan terhadap lembaga apa pun, termasuk lembaga yang mengendalikan kekuatan senjata. Indonesia yang bebas dari "saya ini punya pasukan, jangan coba-coba". Indonesia yang semua sama dalam kebersamaan.
Apakah Jenderal Gatot sedang melakukan manuver untuk mencari popularitas? Saya pribadi tidak memiliki perasaan seperti itu. Instink saya berkata bahwa Jenderal Gatot berbuat tanpa motif politik. Mungkin banyak orang menduga dia sedang mencari perhatian publik. Saya berpendapat, publiklah yang tersedot perhatiannya kepada Gatot Nurmantyo; bukan karena dia melakukan sesuatu yang aneh melainkan karena dia melakukan langkah yang selama ini tidak dikerjakan oleh seorang pemimpin.
Jenderal Gatot melakukan gebrakan Jenderal M Yusuf plus. Dulu, kata orang, Jenderal M Yusuf sempat membuat Pak Harto "khawatir" karena Panglima ABRI itu sangat dekat dengar prajurit TNI. Padahal, M Yusuf hanya ingin membuat tentara lebih sejahtera.
Gatot Nurmantyo tidak seperti panglima-panglima pendahulunya. Dia ingin anak buahnya sejahtera, tetapi sekaligus ingin agar bos-bos militer tidak korupsi. Inilah yang saya sebut "M Yusuf plus". Apakah ini berarti di zaman M Yusuf dulu, dan masa-masa berikutnya, bos-bos militer bebas melakukan korupsi? Saya tidak punya jawabannya.
Saya yakin Pak Gatot punya catatan tentang itu. Sebab, beliau pastilah telah melewati jenjang kepangkatan dan berbagai jabatan strategis yang memiliki akses untuk melihat bagaimana penggunaan uang anggaran TNI. Bisa jadi pada saat ini beliau merasa sudah waktunya memulai pembersihan di lingkungan TNI.
Sudah menjadi pengetahuan umum tentang sekian banyak jenderal yang memiliki kekayaan yang "tak masuk akal", dan begitu banyak pula jenderal yang "tidak punya harta".
Saya yakin, Pak Gatot merasa tranparansi sudah harus menjadi norma baru di TNI. Selama ini banyak orang melihat TNI sebagai instansi "audit-free zone" (zona bebas audit). Sekali lagi, apakah ada motif "profiteering" (ambil keuntungan) dari gebrakan Jenderal Gatot? Saya jawab, kecurigaan seperti ini hanya menunjukkan frustrasi Anda saja.
Kemudian, untuk apa pula Jenderal Gatot berpuisi soal keadilan sosial kemarin itu? (Puisi "TAPI BUKAN KAMI PUNYA") Bukankah ini satu lagi siasat mencari dan mencuri perhatian? Jawaban saya, Anda memang orang yang tidak suka Indonesia menjadi lebih baik.
Anda akan mengatakan, Gatot Nurmantyo berambisi menjadi pemimpin level berikutnya setelah keluar dari dinas militer. Jawaban saya, nothing wrong with it. Bukan masalah! Kalau beliau punya kapasitas dan komitmen yang teguh untuk memperbaiki Indonesia, apa salahnya?
Kalau dia ingin melihat korupsi lenyap di semua lini dan institusi, mengapa tidak? Kalau dia ingin menegakkan keadilan sosial di Indonesia, apa yang salah? Kalau dengan pemikirannya itu dia ingin menjaga kebersamaan dan persaudaraan di Indonesia, mengapa pula Anda berkeberatan?
Kalau dengan segala pengalaman, kapasitas dan integritas yang dimilikinya, dia bisa memulihkan Indonesia lewat pilpres 2019, siapa lagi yang kita cari?
*Penulis adalah mantan wartawan BBC. Artikel ini adalah opini pribadi penulis, tidak ada kaitannya dengan BBC
Pidato Panglima TNI Jendral Gatot Nurmantyo... Masyaa Allah Sangat Bagus Untuk Kita Simak
Assalamu'alaikum warohmatullahi wabarokatuh,
Yang terhormat,
Ketua-ketua umum ormas Islam
Tokoh tokoh lintas agama
Para pejabat pemerintah daerah dan para pejabat TNI Polri.
Para Santri segenap para alim ulama para Kiai, hadirin undangan yang bebahagia.
Tidak ada yang pantas kita ucapkan selain puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT Karena hanya atas kuasa dan ridhonya kita dapat hadir dalam acara Peringatan 70 Tahun Resolusi Jihad Nahdlatul Ulama di Tugu Proklamasi yang memiliki nilai stratagis.
Dalam kesempatan ini perlu saya jelaskan, mengapa begitu saya diundang saya hadir di sini. Saya datang tidak sendirian, saya datang dengan dengan pasukan-pasukan khusus. Ada Kopasus, ada Marinir, ada Paskas, ada Kostrad, ada Armed.
Ini untuk mengingatkan generasi muda, bahwa perjuangan bangsa sejak proklamasi kemerdekaan tidak dilakukan oleh TNI, tetapi yang merebut kemerdekaan adalah seluruh komponen bangsa, termasuk para ulama. Setelah merdeka baru TNI lahir. Jadi yang memerdekaan bangsa Indonesai bukan TNI, tetapi bapak-ibu kandung TNI, sehingga TNI adalah anak kandung raya.
Karena sejarah mencatat rangkaian peristiwa ini, bersentuhan langsung dengan kedaulatan Republik Indonesia, Terdapat 4 peristiwa penting yang saling mempengaruhi dan saling menguatkan yaitu: peristiwa tanggal 17 Agustus sebagai hari kemerdekaan Republik
Loading...
Indonesia. 5 Oktober hari pembentukan TKR sekarang TNI. 22 Oktober sebagai hari dicetuskannya Resolusi Jihad NU. Dan 10 November pecahnya perang di Surabaya yang kita kenal sebagai hari pahlawan hanya dalam hitungan empat bulan.
Pada kesempatan ini, saya ingin menyampaikan rasa hormat dan apresiasi yang tinggi terhadap semangat dan motivasi yang ditunjukkan para santri sebagai generasi muda bangsa yang terus memelihara dan meneguhkan komitmennya terhadap perjuangan para pahlawan serta kecintaan pada tanah air, salah satunya diwujudkan pada gerak jalan memperingati Resolusi Jihad yang menempuh jarak ratusan kilometer diawali dari tugu pahlawan di Surabaya dan sampai di tugu proklamasi di Jakarta.
Hadirin undangan, peserta gerak jalan yang berbahagia.
Setelah tujuh puluh tahun berlalu, hikmah dan pelajaran yang diperoleh dari peristiwa Resolusi Jihad antara lain: bahwa perjuangan melawan penjajah saat itu, terkait erat dengan Resolusi Jihad yang dikumandangkan oleh Ra'is akbar NU KH. Hasyim Asyari pada tanggal 22 Oktober 1945.
Bangsa penjajah tidak rela negeri ini merdeka sehingga berusaha untuk menguasai kembali tanah air kita. NICA membonceng sekutu untuk menguasai tanah air Indonesia, namun hal itu diketahui oleh para pejuang kemerdekaan dan ditindaklanjuti dengan merapatkan barisan untuk menolak kedatangan kolonialis. Untuk itu para santri berkumpul di seluruh wilayah, Jawa, Madura, seluruh Jawa mereka mengatur langkah strategi perjuangan sebagai kewajiban mempertahankan tanah air dan bangsanya.
Dan pada tanggal 17 September 1945, Presiden Soekarno, memohon fatwa hukum mempertahankan kemerdekaan bagi umat Islam kepada KH. Hasyim Asyari, sehingga KH. Hasyim Asyari mengeluarkan sebuah Fatwa Jihad yang berisikan jihad bahwa perjuangan membela tanah air adalah merupakan jihad fi sabilillah.
Dan selanjutnya menilai situasi di sekitar Surabaya Jawa Timur, atas pemikiran Mayor Jenderal TKR pada waktu itu, Mustopo, sebagai komandan sektor perlawaan Surabaya, bersama Sungkono, Bung Tomo dan tokoh-tokoh Jawa Timur menghadap KH. Hasyim Asyari untuk melakukan perang suci atau jihad dengan sasaran mengusir sekutu dan NICA yang dipimpin oleh Brigjend Mallaby untuk menunjukkan eksistensi adanya perlawanan dan kedaulatan Republik Indonesia.
Mengapa demikian? karena pada saat memproklamasikan kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945, banyak bangsa-bangsa dunia dan PBB belum yakin apakah perjuangan kemerdekaan bangsa ini diberi hadiah oleh penjajah ataukah perlawanan rakyat.
Untukitu makna perjuangan 10 November mempunyai makna yang luar biasa, bahwa bangsa Indonesia bukan diberi tapi melawan mengusir penjajah. Maka lahirlah Resolusi Jihad 22 Oktober 1945 yaitu berperang menolak dan melawan penjajah itu fardhu ain yang harus dikerjakan oleh setiap orang Islam laki-laki, perempuan, anak-anak bersenjata atau tidak. Bagi yang berada dalam jarak lingkaran 94 km dari tenpat masuk dan kedudukan musuh. Bagi orang-orang yang berada di luar jarak lingkaran tadi kewajiban itu menjadi fardhu kifayah yang cukup kalau dikerjakan sebagian saja untuk membantu perjuangan di wilayahnya.
Tanpa Resolusi Jihad, maka tidak ada perlawanan heroik. Jika tidak ada perlawanan heroik maka tidak ada hari pahlawan 10 November. Dan bisa mungkin mustahil bangsa Indonesia ada seperti saat ini.
Saya ingin pula menceritakan bahwa sebenarnya, perlawanan secara heroik bukan dilaksanakan tanggal 10, tetapi lebih awal. Jadi pada saat itu KH. Hasyim Asyari menyampaikan,"Kita tunda, kita menunggu singa Jawa Barat, yaitu Kiai Abbas bin Abdul Jamil". Beliau adalah cicit dari MBah Muqoyyim, pendiri pesantren Buntet Cirebon.
Dan KH. Hasyim Asyari memerintahkan setelah Kiai Abbas bin Abdul Jamil datang, memerintahkan bahwa komando tertinggi Laskar Hizbullah diserahkan untuk memimpin langsung penyerangan sekutu di Surabaya pada tanggal 10 November 1945.
Pengaruh yang kuat membuat keputusan KH. Hasyim Asyari tersebut mengundurkan waktu sangat tepat. Sehingga terjadilah pertempuran yang sangat heroik yang kita kenal hari ini menjadi hari pahlawan. Hari ini mempunyai makna yang bisa kita petik dari peristiwa tersebut, bahwa perjuangan dan kepentingan mempertahankan kedaulatan negara berdimensi lintas etnis dan lintas wilayah. Siapapun dan di manapun mempunyai kewajiban yang sama membela bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Tiga 'Jimat' Jendral Sudirman
Dalam kesempatan ini pula saya ingin mengingatkan, dan menggarisbawahi bahwa perjuangan kemerdekaan Resolusi Jihad, hari pahlawan, dan TNI memiliki hubungan historis yang erat dan menentukan. Kita tahu bahwa panglima TNI yang abadi, yang pertama, yaitu Jendral Sudirman, adalah seorang guru agama, seorang santri.
Saya sedikit menceritakan bagaimana perjuangan Jenderal Sudirman. Bahwa pada saat Jendral Sudirman belasan orang melakukan gerilya, ada satu orang pengkhianat. Maka pada saat Jendral Sudirman di rumah penduduk, karena pengkhianat ini melaporkan kepada Belanda, dikepung.
Tim pengamanan paling depan melaporkan, "Pak Dhe kita sudah dikepung."
"Tenang, semuanya ganti pakaian, dan berdzikir bersama-sama saya." (Mereka) melakukan tahlil Lailahaillah, Lailahaillah, Lailahaillah.
Belanda masuk, ditunjukkan anak buahnya Pak Dirman (yang pengkhianat itu), "Ini yang namanya Sudirman, yang Tuan cari-cari selama ini."
Dilihat-lihat (oleh pihak Belanda),"Saya tidak percaya ini Sudirman."
"Pak Saya anak buahnya, saya bersama-sama bergerilya."
Dilihat-lihat lagi, tapi tetap tidak percaya.
Belanda itu mencabut pistol. "Kamu pembohong!" Dan penghianat itu ditembak di depan Pak Dirman. Lalu Belanda langsung keluar.
Makna ini mengingatkan, jangan sekali-kali kita menjadi penghianat bangsa. Baru di dunia saja sudah dihukum oleh Allah apalagi di akhirat nanti.
Kemudian, peristiwa demi peristiwa Pak Dirman dikawal oleh Pak Tjokropranolo, dan Pak Suparjo Rustam. Beliau berdua Pak Tjokropranolo dan Pak Rustam, karena saking penasarannya bertanya. (Pak Dirman kadang-kadang dipanggil Pak Dhe kadang-kadang dipanggil Pak Yai):
"Pak Yai, saya pingin tahu, jimatnya Pak Yai itu apa? Kita dikepung, Pak Yai tenang saja. Malah pengkhianat yang ditembak. Kita ditembaki, Pak Yai tenang-tenang saja."
Beliu menjawab, "Kamu ingin tahu? Saya punya tiga jimat. Jimat yang pertama, saya tidak pernah lepas dari bersuci. Jadi kalau batal wudhu kamu kan bawa kendi saya, saya selalu berwudlu. Itu jimat yang pertama. Jimat yang kedua saya tidak pernah shalat tidak tepat waktu. Selalu bersih, waktunya shalat saya pasti salat, kamu tahu kan? Dan yang ketiga, jimat saya yang ketiga adalah semua yang saya lakukan dengan tulus dan ikhlas untuk rakyat dan bangsa Indonesia."
Wassalamua'alaikum warohmatullahi wabarokatuh.
Video Pidato lengkap Jendral Gatot Nurmantyo:
Pada kesempatan ini, saya ingin menyampaikan rasa hormat dan apresiasi yang tinggi terhadap semangat dan motivasi yang ditunjukkan para santri sebagai generasi muda bangsa yang terus memelihara dan meneguhkan komitmennya terhadap perjuangan para pahlawan serta kecintaan pada tanah air, salah satunya diwujudkan pada gerak jalan memperingati Resolusi Jihad yang menempuh jarak ratusan kilometer diawali dari tugu pahlawan di Surabaya dan sampai di tugu proklamasi di Jakarta.
Hadirin undangan, peserta gerak jalan yang berbahagia.
Setelah tujuh puluh tahun berlalu, hikmah dan pelajaran yang diperoleh dari peristiwa Resolusi Jihad antara lain: bahwa perjuangan melawan penjajah saat itu, terkait erat dengan Resolusi Jihad yang dikumandangkan oleh Ra'is akbar NU KH. Hasyim Asyari pada tanggal 22 Oktober 1945.
Bangsa penjajah tidak rela negeri ini merdeka sehingga berusaha untuk menguasai kembali tanah air kita. NICA membonceng sekutu untuk menguasai tanah air Indonesia, namun hal itu diketahui oleh para pejuang kemerdekaan dan ditindaklanjuti dengan merapatkan barisan untuk menolak kedatangan kolonialis. Untuk itu para santri berkumpul di seluruh wilayah, Jawa, Madura, seluruh Jawa mereka mengatur langkah strategi perjuangan sebagai kewajiban mempertahankan tanah air dan bangsanya.
Dan pada tanggal 17 September 1945, Presiden Soekarno, memohon fatwa hukum mempertahankan kemerdekaan bagi umat Islam kepada KH. Hasyim Asyari, sehingga KH. Hasyim Asyari mengeluarkan sebuah Fatwa Jihad yang berisikan jihad bahwa perjuangan membela tanah air adalah merupakan jihad fi sabilillah.
Dan selanjutnya menilai situasi di sekitar Surabaya Jawa Timur, atas pemikiran Mayor Jenderal TKR pada waktu itu, Mustopo, sebagai komandan sektor perlawaan Surabaya, bersama Sungkono, Bung Tomo dan tokoh-tokoh Jawa Timur menghadap KH. Hasyim Asyari untuk melakukan perang suci atau jihad dengan sasaran mengusir sekutu dan NICA yang dipimpin oleh Brigjend Mallaby untuk menunjukkan eksistensi adanya perlawanan dan kedaulatan Republik Indonesia.
Mengapa demikian? karena pada saat memproklamasikan kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945, banyak bangsa-bangsa dunia dan PBB belum yakin apakah perjuangan kemerdekaan bangsa ini diberi hadiah oleh penjajah ataukah perlawanan rakyat.
Untukitu makna perjuangan 10 November mempunyai makna yang luar biasa, bahwa bangsa Indonesia bukan diberi tapi melawan mengusir penjajah. Maka lahirlah Resolusi Jihad 22 Oktober 1945 yaitu berperang menolak dan melawan penjajah itu fardhu ain yang harus dikerjakan oleh setiap orang Islam laki-laki, perempuan, anak-anak bersenjata atau tidak. Bagi yang berada dalam jarak lingkaran 94 km dari tenpat masuk dan kedudukan musuh. Bagi orang-orang yang berada di luar jarak lingkaran tadi kewajiban itu menjadi fardhu kifayah yang cukup kalau dikerjakan sebagian saja untuk membantu perjuangan di wilayahnya.
Tanpa Resolusi Jihad, maka tidak ada perlawanan heroik. Jika tidak ada perlawanan heroik maka tidak ada hari pahlawan 10 November. Dan bisa mungkin mustahil bangsa Indonesia ada seperti saat ini.
Saya ingin pula menceritakan bahwa sebenarnya, perlawanan secara heroik bukan dilaksanakan tanggal 10, tetapi lebih awal. Jadi pada saat itu KH. Hasyim Asyari menyampaikan,"Kita tunda, kita menunggu singa Jawa Barat, yaitu Kiai Abbas bin Abdul Jamil". Beliau adalah cicit dari MBah Muqoyyim, pendiri pesantren Buntet Cirebon.
Dan KH. Hasyim Asyari memerintahkan setelah Kiai Abbas bin Abdul Jamil datang, memerintahkan bahwa komando tertinggi Laskar Hizbullah diserahkan untuk memimpin langsung penyerangan sekutu di Surabaya pada tanggal 10 November 1945.
Pengaruh yang kuat membuat keputusan KH. Hasyim Asyari tersebut mengundurkan waktu sangat tepat. Sehingga terjadilah pertempuran yang sangat heroik yang kita kenal hari ini menjadi hari pahlawan. Hari ini mempunyai makna yang bisa kita petik dari peristiwa tersebut, bahwa perjuangan dan kepentingan mempertahankan kedaulatan negara berdimensi lintas etnis dan lintas wilayah. Siapapun dan di manapun mempunyai kewajiban yang sama membela bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Tiga 'Jimat' Jendral Sudirman
Dalam kesempatan ini pula saya ingin mengingatkan, dan menggarisbawahi bahwa perjuangan kemerdekaan Resolusi Jihad, hari pahlawan, dan TNI memiliki hubungan historis yang erat dan menentukan. Kita tahu bahwa panglima TNI yang abadi, yang pertama, yaitu Jendral Sudirman, adalah seorang guru agama, seorang santri.
Saya sedikit menceritakan bagaimana perjuangan Jenderal Sudirman. Bahwa pada saat Jendral Sudirman belasan orang melakukan gerilya, ada satu orang pengkhianat. Maka pada saat Jendral Sudirman di rumah penduduk, karena pengkhianat ini melaporkan kepada Belanda, dikepung.
Tim pengamanan paling depan melaporkan, "Pak Dhe kita sudah dikepung."
"Tenang, semuanya ganti pakaian, dan berdzikir bersama-sama saya." (Mereka) melakukan tahlil Lailahaillah, Lailahaillah, Lailahaillah.
Belanda masuk, ditunjukkan anak buahnya Pak Dirman (yang pengkhianat itu), "Ini yang namanya Sudirman, yang Tuan cari-cari selama ini."
Dilihat-lihat (oleh pihak Belanda),"Saya tidak percaya ini Sudirman."
"Pak Saya anak buahnya, saya bersama-sama bergerilya."
Dilihat-lihat lagi, tapi tetap tidak percaya.
Belanda itu mencabut pistol. "Kamu pembohong!" Dan penghianat itu ditembak di depan Pak Dirman. Lalu Belanda langsung keluar.
Makna ini mengingatkan, jangan sekali-kali kita menjadi penghianat bangsa. Baru di dunia saja sudah dihukum oleh Allah apalagi di akhirat nanti.
Kemudian, peristiwa demi peristiwa Pak Dirman dikawal oleh Pak Tjokropranolo, dan Pak Suparjo Rustam. Beliau berdua Pak Tjokropranolo dan Pak Rustam, karena saking penasarannya bertanya. (Pak Dirman kadang-kadang dipanggil Pak Dhe kadang-kadang dipanggil Pak Yai):
"Pak Yai, saya pingin tahu, jimatnya Pak Yai itu apa? Kita dikepung, Pak Yai tenang saja. Malah pengkhianat yang ditembak. Kita ditembaki, Pak Yai tenang-tenang saja."
Beliu menjawab, "Kamu ingin tahu? Saya punya tiga jimat. Jimat yang pertama, saya tidak pernah lepas dari bersuci. Jadi kalau batal wudhu kamu kan bawa kendi saya, saya selalu berwudlu. Itu jimat yang pertama. Jimat yang kedua saya tidak pernah shalat tidak tepat waktu. Selalu bersih, waktunya shalat saya pasti salat, kamu tahu kan? Dan yang ketiga, jimat saya yang ketiga adalah semua yang saya lakukan dengan tulus dan ikhlas untuk rakyat dan bangsa Indonesia."
Wassalamua'alaikum warohmatullahi wabarokatuh.
Video Pidato lengkap Jendral Gatot Nurmantyo:
Terima Kasih sudah membaca, Jika artikel ini bermanfaat, Yuk bagikan ke orang terdekatmu. Sekaligus LIKE fanspage kami juga untuk mengetahui informasi menarik lainnya @Tahukah.Anda.News
Demikianlah Artikel Sudah Ada Jenderal Gatot Nurmantyo, Siapa Lagi yang Kita Cari?
Sekianlah artikel Sudah Ada Jenderal Gatot Nurmantyo, Siapa Lagi yang Kita Cari? kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.
Anda sekarang membaca artikel Sudah Ada Jenderal Gatot Nurmantyo, Siapa Lagi yang Kita Cari? dengan alamat link https://kabarislam24jam.blogspot.com/2017/05/sudah-ada-jenderal-gatot-nurmantyo.html
Loading...
0 Response to "Sudah Ada Jenderal Gatot Nurmantyo, Siapa Lagi yang Kita Cari?"
Posting Komentar